Resensi Film
“ THE OTHER BOLEYN GIRL”
Identitas Film
Judul: The Other Boleyn Girl atau The
Boleyn Girl.
Tahun produksi: 2006-2008.
Release Date: 29 February 2008 (USA).
Sutradara:
Justin Chadwick.
Skenario:
Peter Morgan, Phillipa Gregory (Pengarang Novel “The Boleyn Girl”).
Produser: Alison Owen.
Co-Produser: Mark Cooper.
Executive Produser: Scott Rudin, Faye
Ward, dan David M. Thompson.
Musik oleh: Paul Cantelon.
Cinematografi oleh: Kieran McGuigan.
Diedit oleh: Paul Knight dan Carol
Littleton.
Negara: United Kingdom dan United
States of America.
Bahasa: Inggris.
Durasi: 115 menit.
Genre:
Drama, Percintaan, Politik, Kerajaan, Biografi, Sejarah.
Produksi:
Ruby Films, BBC Films, Scott Rudin Productions, Relativity Media.
Pemain:
·
Natalie
Portman sebagai Anne Boleyn
·
Scarlett
Johansson sebagai Mary Boleyn
·
Eric
Bana sebagai King Henry
·
Jim Sturgress sebagai
George Boleyn
·
Mark
Rylance sebagai Thomas Boleyn (ayah dari Anne,
Mary, dan George Boleyn)
·
David
Morrissey sebagai Duke of Norfolk
(paman dari Anne, Mary, dan George Boleyn)
·
Kristin
Scott Thomas sebagai Elizabeth Boleyn
(ibu dari Anne, Mary, dan George Boleyn)
·
Benedict Cumberbatch
sebagai William Carrey (suami Mary Boleyn)
·
Ana Torent sebagai Queen
Katherine of Aragon
·
Oliver Coleman sebagai
Henry Percy
·
Tiffany Freisberg sebagai
Mary Talbot (tunangan Henry Percy)
·
Juno Temple sebagai Jane
Parker (istri George Boleyn)
·
Eddie Redmayne sebagai
William Stafford (suami kedua Mary Boleyn)
Pendahuluan
Chadwick lahir di Salford, Lancashire. Ia mulai
bekerja pada usia sebelas tahun. Ia bergabung dengan Bolton Little Theatre
dan bermain Billy Casper di 'Kes'.
Dia dihadiri Turton
High School di Bolton, sebelum lulus dari Leicester
Polytechnic dan pada
tahun 1991 membuat debut layar
di London Kills Me. Kredit bertindak tambahan
mencakup Hilangnya of Innocence Seksual dan penampilan di drama televisi Heartbeat, Dangerfield, Dalziel dan Pascoe,
dan lain-lain.
Chadwick dinominasikan untuk Primetime Emmy Award untuk Outstanding Directing untuk miniseri, Film Drama atau khusus, Royal Television Masyarakat Award untuk Kinerja Breakout balik layar, dan BAFTA Award untuk Best Direction untuk Bleak House, yang merupakan Terbaik drama Serial pemenang di British Academy Television Awards 2006. Bleak House juga dinominasikan untuk dua Golden Globe, empat Ulasan Royal Television Masyarakat Awards, tiga Broadcasting Tekan Guild Awards, tiga Satellite Awards, dan Television Critics Award.
Filmografi:
Chadwick dinominasikan untuk Primetime Emmy Award untuk Outstanding Directing untuk miniseri, Film Drama atau khusus, Royal Television Masyarakat Award untuk Kinerja Breakout balik layar, dan BAFTA Award untuk Best Direction untuk Bleak House, yang merupakan Terbaik drama Serial pemenang di British Academy Television Awards 2006. Bleak House juga dinominasikan untuk dua Golden Globe, empat Ulasan Royal Television Masyarakat Awards, tiga Broadcasting Tekan Guild Awards, tiga Satellite Awards, dan Television Critics Award.
Filmografi:
· Bleak House (2006)
· The Other Boleyn Girl (2008)
· The First
Grader (2010)
· Mandela: Long
Walk to Freedom (2013)
· Tulip Fever
(2015)
Philippa Gregory adalah seorang sejarawan dan penulis mapan ketika ia menemukan minatnya dalam periode Tudor dan menulis novel The Other Boleyn Girl yang dibuat menjadi sebuah drama TV, dan film besar. Sekarang, enam novel kemudian, dia melihat keluarga yang mendahului Tudors: the Plantaganets megah, keluarga persaingan yang kompleks, mencintai, dan kebencian.
Minat besar lainnya adalah
amal yang ia dirikan hampir dua puluh tahun yang lalu: Garden for The Gambia.
Dia telah mengumpulkan
dana dan dibayar hampir 200 di sekolah dasar dari
negara Afrika sangat kering dan miskin ini, dan
ribuan anak-anak sekolah telah mampu belajar berkebun
pasar di kebun sekolah
disiram oleh sumur.
Badan amal ini juga menyediakan sumur untuk kebun kolektif
womens 'dan hanya
perguruan tinggi pertanian di Gambia di Njawara.
Sinopsis
Anne, Mary, dan George
adalah 3 bersaudara keluarga bangsawan Boleyn, menghabiskan masa kecilnya
bertiga penuh kegembiraan sebagaimana layaknya kakak beradik. Menginjak remaja,
Mary lebih dulu dinikahkan dengan Lord William Carey, sementara ketika King
Henry berkunjung, Anne disiapkan sebagai alat politik keluarga Boleyn untuk
memikat sang raja. Skenario berubah ketika ternyata Henry justru terpikat oleh
Mary, si pirang yang lugu dan tulus, yang merawat luka sang Raja setelah
terjatuh dari kuda. Anne – cantik, pintar, dan ambisius – menuduh Mary
merayu Henry, yang kemudian menjadi awal persaingan kedua gadis Boleyn
memperebutkan cinta sang Raja.
Atas permintaan Henry,
Anne dan Mary dibawa ke kerajaan, menjadi gadis kerajaan mendampingi sang Ratu,
Queen Katherine of Aragon, Princess of Spain, permaisuri dari King Henry. Saat
itu hubungan Henry dan Katherine berada pada masa sulit karena sang Ratu belum
berhasil memberikan seorang putra sebagai pewaris kerajaan. Tidak adanya calon
pewaris tahta menjadi kekhawatiran seluruh bangsa Inggris karena jika terjadi
sesuatu terhadap sang Raja, kemungkinan besar akan terjadi perang saudara
seperti yang pernah terjadi di masa-masa sebelumnya.
Di istana Mary adalah
mistress dari King Henry, siap menemani sang Raja kapan pun diminta, sementara
Anne hanyalah “the other Boleyn Girl”. Anne kemudian jatuh cinta
dengan pemuda bangsawan terkemuka Henry Percy, bahkan sempat melakukan
pertunangan rahasia. Pertunangan itu kemudian menimbulkan kemarahan besar bagi
ayah dan paman Anne. Anne kemudian diasingkan ke Perancis oleh ayah dan
pamannya. Anne menuduh Mary yang melaporkan pertunangan tersebut yang
membuatnya semakin benci pada saudaranya.
Mary akhirnya mengandung
anak Henry, dan ketika saat melahirkan makin dekat keluarga Boleyn khawatir
Henry akan “melirik” wanita lain. Untuk mengalihkan Henry dari wanita lain,
Anne dipanggil kembali ke Inggris untuk memikat sang Raja selama Mary
melahirkan. Yang terjadi Henry justru benar-benar kepincut dengan Anne,
yang menjadi semakin cantik dan pintar setelah belajar di Perancis. Henry
bahkan melupakan Mary dan jatuh cinta
dengan Anne.
Anne menggunakan semua
pesonanya tidak hanya untuk menyingkirkan Mary, tetapi juga menggeser Queen
Katherine dari singgasana permaisuri. Henry kemudian berhasil dibujuk untuk
menganulir pernikahannya dengan Katherine dengan alasan pernikahan tersebut
tidak sah karena sebelumnya Katherine pernah menikahi almarhum kakak dari King
Henry. Singkat cerita Anne berhasil menyingkirkan Katherine dan menikah dengan
Henry serta dinobatkan sebagai Queen of England. Disingkirkannya Queen
Katherine mengakibatkan efek yang luar biasa mulai dari kemarahan rakyat,
Inggris mengalami excommunicate dari Paus, sampai ancaman diserang oleh
Spanyol. Puncak kejadian adalah dipancungnya Thomas More, Lord Chancellor yang
merupakan salah satu orang terdekat Henry sendiri, karena menolak penobatan
Anne tersebut.
Menduduki singgasana sang
Ratu Inggris ternyata tidak membuat Anne tenang karena sebagaimana ratu
sebelumnya, posisi Anne pun tidak akan aman tanpa kehadiran putra mahkota. Anne
kemudian makin mengalami depresi ketika kemudian hamil dan ternyata hanya
melahirkan seorang anak perempuan. Sementara itu Mary, yang sudah jenuh dengan
intrik di istana, memutuskan untuk menikah diam-diam dengan William Stafford,
seorang “biasa”, dan tinggal di pedesaan. Anne yang frustrasi malah terlibat
skandal incest (percintaan dengan saudara sedarah) dengan George.
Skandal tersebut dipergoki dan dilaporkan kepada Henry oleh Jane Parker, istri
George yang memang seorang yang bertabiat dengki pula. Incest adalah
perbuatan yang sangat dicela oleh gereja dan apa yang diperbuat Anne adalah
pengkhianatan terhadap raja. Setelah diadili tanpa ampun pengadilan menjauhkan
hukuman pancung bagi Anne dan George. Mary yang datang dari desa terlambat
untuk menyelamatkan George dari hukuman pancung tapi masih sempat berusaha
membujuk Henry untuk membatalkan hukuman terhadap Anne. Bujukan Mary tidak
berhasil, hukuman pancung Anne menjadi akhir yang tragis dari film ini.
Setelah pemancungan itu, Mary membawa putri Anne, Elizabeth, pergi dari istana. Sir Thomas Boleyn meninggal karena malu dan sedih dua anaknya tewas dihukum pancung. Sementara pamannya, Lord Norfolk, dipenjara. Sejarah mencatat, tiga keturunannya, anak-cucu-cicit, tewas dipancung karena kasus penghianatan.
Mary Boleyn kembali ke desa, membesarkan putranya dan putri Anne, Elizabeth. Elizabethlah yang kemudian akan memerintah Inggris selama 45 tahun.
Unsur Intrinsik
Penokohan
1.
Anne Boleyn: putri sulung
keluarga Boleyn
Watak: periang, suka
mencari tantangan
2.
Mary Boleyn: anak tengah
keluarga Boleyn
Watak: pendiam dan
penurut
3.
Thomas Boleyn: ayah dari
Anne, Mary, dan George Boleyn
Watak: tidak berpikir
panjang sebelum melakukan sesuatu
4.
Elizabeth Boleyn: ibu
dari Anne, Mary, dan George Boleyn
5.
George Boleyn: anak
bungsu keluarga Boleyn
Watak: penurut
6.
Raja Henry VIII: pria
yang direbut oleh Anne dan Mary
Watak: tegas
7.
Duke of Norfolk: paman
dari Anne, Mary, dan George
Watak: licik
Latar
1.
Waktu: pagi hari, malam
hari, sore hari, siang hari, subuh hari
2.
Tempat: rumah keluarga
Boleyn, istana raja, kamar raja, kamar George, hutan, istana keluarga Boleyn
3.
Suasana: mencekam, sedih,
senang
Tema: persaingan dan
pengkhianatan
Amanat: rasa iri dapat
menghancurkan sebuah hubungan yang berharga
Alur: maju
Sudut pandang: orang pertama pelaku
utama
Gaya bahasa: formal
Unsur Ekstrinsik
Nilai budaya:
·
Raja yang mengingkan keturunan laki-laki. Ia bahkan sampai
menikahi wanita
·
Perjodohan yang dilakukan oleh keluarga untuk meningkatkan
derajat sosial.
Nilai moral: perselingkuhan dan incest yang hampir dilakukan
di dalam film tersebut.
Nilai sosial: orang yang
menginginkan status sosial yang lebih hingga bahkan rela untuk “menjual” anaknya sendiri. Yang terpenting
bagi mereka adalah status sosial, bukan kebahagiaan anaknya.
Kelebihan dan Kekurangan
1.
Kelebihan
Pemain-pemain
di dalam film ini merupakan pemain yang berbakat dan terkenal di dunia
internasional. Setting tempat di film ini juga sudah menyerupai setting tempat
pada masa kejadian ini terjadi. Kostum yang digunakan juga sudah serupa dengan
pakaian warga Inggris pada masa itu. Dengan tempat dan kostum yang sesuai,
penonton dapat membayangkan dengan jelas situasi pada saat kejadian tersebut
berlangsung. Visual dan audio yang bagus juga menambah nilai plus untuk film
ini.
2.
Kekurangan
Film ini
bercerita tentang kisah nyata di Inggris. Namun, tidak seluruh kisah yang
diceritakan di film ini adalah kisah nyata. Penulis dan pembuat film kurang
menampilkan kisahnya apa adanya. Banyaknya dialog di film ini justru membuat
film terasa membosankan. Ketika kita menonton film ini, kita harus berpikir
tentang apa yang dimaksud oleh pembuat film karena film ini bukanlah film
hiburan yang ringan. Terkadang, ada adegan dewasa di dalam film ini yang
sebaiknya tidak ditonton oleh anak-anak dan remaja. Actor dan Aktris di dalam
film ini juga bukanlah orang Inggris, padahal film ini merupakan film sejarah
Inggris. Asal mereka memang bukanlah suatu masalah, namun, logat mereka berbeda
dengan logat orang Inggris sehingga terasa sedikit aneh saat menontonnya.
Keterkaitan dengan Masa Renaissance
Film ini
menceritakan tentang kejadian yang terjadi pada abad ke-16 yang berdekatan atau
hampir bersamaan dengan dimulainya abad Renaissance. Walaupun latar tempat
dalam film ini berbeda dengan tempat dimulainya Renaissance, di dalam film ini
masih ada beberapa keterkaitan dengan masa renaissance. Selain kesamaan waktu
kejadian, di dalam film ini juga ada beberapa arsitektur seperti patung, yang
menunjukan masa Renaissance. Ada beberapa lukisan juga di dalam film ini yang
merupakan lukisan aliran naturalism yang merupakan ciri lukisan pada masa
Renaissance.
Kesimpulan
Film ini cocok
untuk ditonton bagi kalangan remaja dan dewasa, terutama bagi mereka yang ingin
mengetahui sejarah kerajaan Inggris pada abad ke-16an. Di dalam film ini memang
ada beberapa hal yang merupakan kisah nyata dan hal yang merupakan pelengkap
yang belum tentu benar adanya. Walaupun ada beberapa adegan dewasa, film ini
masih layak untuk ditonton oleh kalangan remaja.
Kelompok Zwing Li (11 IPS
1)
§
Andreani S.
§
Danira A.
§
Fritz Waldo
§
Prasetya S. P.
§
Rufin A. H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar